PolitikSiantar SimalungunUncategorized

Jembatan Kembar Kembali Normal, Namun Lebih Baik Jalur Alternatif

BeritaPekerja.com  l  PARAPAT – Jembatan Kembar (Sidua-dua) Jalan Lintas Sumatera tepatnya di Nagori Sibaganding, Parapat, Kabupaten kembali diterjang banjir lumpur, Kamis (3/1/2019).

Jembatan sempat yang tertutup material longsor tersebut sekitar pukul 4 sore  berjalan normal setelah material longsor dibersihkan.

Dikutip dari Tribun-medan.com Kapoksek Parapat AKP Bambang Prayitno mengatakan “Sekarang sedang menjaga keselamatan para pengemudi. Lalu lintas sudah mulai lancar lagi, tetapi kami memberlakukan satu arah,”ujarnya.

 Tindakan itu dilakukan demi menghindari tumpukan kendaraan, sehingga bila terjadi tanda akan longsor maka bisa diatasi dengan cepat, dan juga kendaraan bisa segera dicegah agar tidak terjebak.

AKP Bambang Prayitno menambahkan longsoran yang menutupi jembatan kali ini lebih besar daripada sebelumnya. Ia juga mengatakan longsor terjadi sekitar 12.05 wib. Polisi dan Muspika memang sudah berjaga di lokasi Kejadian.

“Jadi, karena kita sudah mendengar suara gemuruh dari atas untuk lalu lintas langsung kita hentikan. Kendaraan kita stop dan kita arahkan putar balik ke Arah Kota Parapat mencari kantong-kantong Parkir,”ujarnya.

 Pada pukul 1.45 mereka sudah bekerja membersihkan material longsor. Pukul empat sore, kendaraan sudah berjalan lancar meski satu arah.

Bekerjasama dengan TNI, mereka juga melakukan pengawasan di titik longsor dengan menempatkan personel tepatnya di Bangun Dolok. Mereka melakukan monitor selama 24 jam. Sehingga, ketika terjadi tanda longsor disertai suara gemuruh, tidak sampai ada yang terjebak.

“Karena situasi memang rawan longsor, tim juga kita buat memonitor di atas. Begitu ada infor dari atas, kendaraan kami suruh balik kanan terus, makanya seperti pada video itu kendaraan sudah dikosongkan sebelumnya, dan syukur tidak ad korban jiwa,”tambahnya.

Dia menganjurkan, pengendara memilih beristirahat atau melewati jalan alternatif yang ditawarkan. “Demi menghindari kejadian yang tisak diingingkan, pengendara lwbih baik memilih jalur alternatif,”tambahnya.

Jalur dari Tobasa – Pematang Siantar hingga saat ini tetap dibuka, meski kendaraan yang datang dari arah Sintar menuju Tobasa dialihkan dari Simpang Palang tembus ke Sipangan Bolon, lewat Dolok Sitahuan dengan jarak 18 Kilometer.

Sementara, masyarakat yang akan melintas dari Tobasa menuju Sintar tetap dapat melintasi. Namun, ada jalur alternatif Siborong-borong -Dolok Sanggul, Porsea-Pulo Raja-Asahan.

Ditambahkannya, sejauh ini jembatan kembar masih memungkinkan untuk dilalui pengendara. Bagi pengendara, dianjurkan agar tetap waspada di perjalanan. Dijelaskanmya, jalan tersebut, sudah ke enam kalinya diterjang longsor. Dan kali ini merupakan longsor terparah.

Disinggung soal penyebab banjir, Bambang mengakui ada bekas aktivitas penebangan pohon di titik asal. Penebangan di atas lahan masyarakat.

Penebangan berdekatan dengan lima mata air besar. Penebangan yang sudah sejak lama tinggal menyisakan bongkol pohon ,yamg kelamaan membusuk dan tak lagi mengikat akar pohon.

“Di sana ada lima mata air yang terdampak hingga menyatu. Padahal Kekuatan akar mengikat tanah tak ada lagi yang pada akhirnya mata air menyatu,”ucapnya.

Ia berharap, Pemda agar cepat tanggap, sehingga kenyamanan dapat segera terealisai. Apalagi, kejadia ini sudah berulang dan harus dijadikan perhatian.

Sejauh ini, otak pelaku penebangan belum diketahui pasti. Tetapi, penebangan terjadi di atas lahan masyarakat.

Karmel Sitanggang, warga Sibaganding Parapat mengatakan di lokasi asal titik longsor sudah terjadi penebangan sejak tahun 2006 lalu. Namun, tidak diketahui pasti siapa otak serta pejabat yang membekingi aktivitas penebangan tersebut.

“Dalam hal ini jajaran instansi yang berkaitan semestinya bertanggung jawab,”beber Karmel.

Katanya, dugaan pembalakan liar (Ilegal Loging) pohon Pinus dan kayu alam yang berada dipuncak hutan Bangun Dolok Parapat sudah terjadi tahun 2006-2009. Dia meyakini dan baru saat ini terjadi fenomena banjir.

Sepengetahuan Karmel, kayu pinus yang dibabat itu diolah jadi papan, kosen dan broti.

Kondisi tanah cukup labil, tanah liat berlumpur bergerak perlahan ke permukaan yang lebih curam atau arah jurang. Gelondongan kayu bekas pemotongan gergaji mesin berserak. Tebing-tebing curam tiada pengikat seolah “bom waktu” dan mengancam warga sekitar apalagi pelintas.

Untuk menghindari kejadian yang tidak diingingkan, pengendara lebih baik memilih jalur alternatif,”ujarnya.

Kondisi tanah cukup labil, tanah liat berlumpur bergerak perlahan ke permukaan yang lebih curam atau arah jurang. Gelondongan kayu bekas pemotongan gergaji mesin berserak. Tebing-tebing curam tiada pengikat seolah “bom waktu” dan mengancam warga sekitar apalagi pelintas.

Sumber: Tribun-medan.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button