ArtikelSiantar SimalungunSosial Masyarakat

Kisah Pengamen Jalanan : Hidup Di Jalanan Tak Membuat Cita-Cita Ku Terhenti

Penulis: Redaksi

Siantar|BeritaPekerja.com – Aku berhenti sekolah sekitar 4 (empat) tahun yang lalu karena kemiskinan yang mendera orangtuaku. Ibuku broken home dengan ayah, lantas ayah menghilang entah kemana saat itu usia ku masih 10 bulan.

Sampai saat ini hanya ibu saja yang aku kenal, ia memilih hidup bersama suaminya di luar kota. Aku tidak sempat mengenal dan melihat bagaimana sosok ayahku yang sebenarnya. Aku hanya pernah mendengar dari seseorang yang sempat mengenal ayahku, dia bilang ayah tinggal di sebuah desa di Kabupaten Simalungun-Sumatera Utara. Namun hingga sekarang aku tak pernah bertemu dengan ayahku.

Sejak umur 10 bulan aku di besarkan oleh nenek, seorang wanita tua yang mana ia adalah orangtua dari ibu kandungku. Nenek sempat menyekolahkanku sampai SMP di salah satu sekolah di Pematangsiantar. Namun karena kondisi fisik nenek yang sudah tua dan rapuh, ia pun tak dapat lagi bekerja hingga akhirnya aku harus putus sekolah sewaktu kelas 2 SMP karena nenek tidak mampu lagi untuk membiayai uang sekolahku.

Semenjak putus sekolah, aku harus tetap berjuang untuk bertahan hidup di bawah garis kemiskinan. Akhirnya aku pun memilih hidup bersama anak jalanan dan pengamen tepatnya di pusat jajanan kuliner Sutomo Square Jl. Vihara Pematangsiantar. Saat itu aku berkenalan dengan seorang pengamen yang bernama Parlin (bukan nama sebenarnya), warga jl Pane, Kecamatan Siantar-Timur yang juga menyambung hidup sebagai Pengamen Jalanan.

Pada malam hari saat kami selesai ngamen, aku bersama teman-teman pengamen lainnya di ajak untuk beristirahat ke rumah orangtuanya, namun karena kondisi rumah Parlin yang sempit membuat kami harus tidur berdesak-desakan, ada juga teman yang tak bisa tidur, hingga harus begadang sampai pagi karena tidak tahu harus pulang kemana.

Keseharianku hidup bersama teman-teman sesama pengamen yang terdiri dari berbagai latar belakang keluarga tetapi yang pasti hampir semua putus sekolah. Ada juga teman pengamen wanita, ada yang yang bermasalah di rumah, ada yang bermasalah di masyarakat, dan banyak juga yang berasal dari luar kota Siantar karena keluarga broken home, ada juga yang sekedar mencari  jati diri dan bertahan hidup demi sebuah kebebasan.

Banyak pengalaman suka dan duka yang aku dapat di jalanan, hidup saling berbagi dan saling membantu dengan sesama apalagi ketika tidak mendapatkan sesuap nasi. Namun pernah juga aku kehilangan handphone waktu ketiduran di warnet Sutomo Square padahal aku beli dari hasil ngamen untuk dapat menghubungi nenek.

Setelah lima bulan aku ngamen bersama Parlin, lalu aku di tawari pekerjaan oleh seorang pedagang di Sutomo Square untuk membantunya berjualan makanan dan minuman yaitu ibu Leni, dan aku pun menyetujui tawaran tersebut untuk bekerja dengannya.

Tanpa terasa aku pun sudah bekerja selama tiga tahun bersama ibu leni (bukan nama sebenarnya), uang yang kudapat dari bekerja aku gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan aku juga mengirim sebagian uangku untuk membantu nenek, dan sesekali aku juga pulang untuk menemuinya.

Suatu hari adik dari ibuku (Tante) menawarkan supaya aku kembali ke rumah untuk melanjutkan sekolah dan aku pikir ada baiknya juga jika aku kembali sekolah dengan harapan dapat mengubah kehidupanku yang selama ini aku jalanani. Lalu aku memutuskan untuk berhenti bekerja dengan ibu Leni dan kembali pulang tinggal di rumah tanteku.

Beberapa lama tinggal di rumahnya janji untuk menyekolahkanku itu pun tak terpenuhi, aku tak tahu apa alasannya. Lalu aku pun memutuskan untuk pergi dari rumah tanteku karena disana juga tak ada pekerjaan untukku hingga akhirnya aku kembali ke jalanan dan menjadi pengamen untuk bisa bertahan dan menyambung hidup.

Suatu waktu aku di ajak oleh saudara laki-laki dari ibuku ke rumah singgah anak jalanan. Aku pun bertemu dengan banyak anak-anak jalanan yang kreatif, ada yang pandai mengoperasikan dan memperbaiki komputer, ada yang pandai desain grafis, bahkan ada juga yang bisa membuat website dan lain sebagainya.

Aku ingin menjadi seperti mereka, memiliki ilmu pengetahuan yang bisa aku gunakan untuk menggapai masa depanku yang lebih baik di kemudian hari. Mereka selalu memberikan motivasi, mengajarkanku untuk menjadi seorang pribadi yang mandiri dengan berbekal pengalaman hidup yang selama ini telah aku jalani.

Saat ini aku sedang belajar bagaimana caranya untuk menjadi seorang Jurnalis yang bisa menulis dan mempublikasikan informasi-informasi kepada masyarakat luas tentang apa yang ku lihat dan juga yang kualami. Aku belajar dan terus belajar agar suatu hari nanti aku jadi orang yang berguna bagi ayah dan ibuku serta masyarakat.

Aku berpesan kepada teman-temanku pengamen yang di Sutomo Square agar kembali mengejar cita cita kita yang tertunda untuk menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan memiliki tujuan hidup untuk hidup menjadi lebih baik. Dan juga kepada masyarakat khususnya Pemerintah Kota Pematangsiantar agar dapat memperhatikan para pengamen, karena pengamen juga warga negara yang butuh perhatian dan bimbingan “Pengamen bukanlah pekerjaan hina dan kriminal, namun mereka hanya bagian dari warga yang ingin bertahan hidup dan terus berjuang dengan menjual suara dan keahlian yang mereka punya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button