BeritaPekerja.Com | Aku dibesarkan di Ethiopia, ayahku meninggal ketika aku berusia lima tahun dan ibu hampir tidak memiliki uang untuk membiayai hidup kami sehari- hari, jadi aku ingin membantu ibu dan kedua adikku yang masih kecil-kecil.
Aku punya tetangga yang selalu memiliki foto yang menunjukkan hal-hal besar, dan dia memberitahuku bahwa dia telah mendapat semua itu dari pekerjaannya di Lebanon. Jadi aku mendengarkan cerita tentang kehidupan yang lebih baik dan ingin pergi agar hidup jadi lebih baik dan dapat meringankan beban ibuku, dan kedua adikku, saat itu aku berumur enam belas tahun.
Ibuku selalu berkata agar aku tidak meninggalkan ibu dan kedua adikku. “Jangan tinggalkan kami kata ibu kala itu”. Tapi aku mendorongnya untuk mengizinkan aku untuk pergi dan bisa bekerja agar ibu dapat terbantu. Akhinya agen tenagakerja menemukan pekerjaan untukku sebagai pengasuh dua anak di Lebanon.
Ketika aku sampai di sana, aku terkesan pada awalnya, rumah itu besar dan sangat bagus. Tapi setelah beberapa hari, aku menyadari hal itu bukan kehidupan yang baik. Yang terjadi benar-benar sebaliknya ada delapan orang dalam keluarga itu dan aku harus menjaga mereka. Aku harus membersihkan rumah , memasak dan menjaga dua cucu muda majikan. Saat itu aku menemukan diriku bekerja delapan belas jam sehari tujuh hari seminggu tanpa istirahat. Aku bekerja seperti budak dan memang diperlakukan seperti budak.
Mereka sering memukulku ketika aku sangat lelah sehingga untuk beberapa hal aku lakukan secara salah, tapi kemudian mereka memukulku untuk setiap kesalahanku. Putra Madame (majikan) pernah mencoba memperkosaku beberapa kali waktu itu.
Aku tidak diizinkan untuk menelepon ibu atau siapa pun, madame mengatakan bahwa aku bisa menulis surat kepada ibu, jadi aku menulis surat untuk ibuku setiap bulan, tapi dia tidak pernah mengirimkan suratku kepada ibu .Karenanya ibu tak pernah mendapat kabar dariku yang pada akhirnya ibuku mengira bahwa aku sudah mati.
Mereka selalu membuaku terkunci di flat aku terkunci dari luar sehingga tidak bisa meninggalkan rumah majikan aku tidak bisa pergi keluar selama tiga tahun, tiga tahun penuh tanpa keluar rumah dan tanpa pernah melihat sinar matahari.
Aku mencoba untuk melarikan diri tetapi aku terjebak di lantai 13 sebuah gedung tinggi tidak ada jalan keluar. Satu-satunya cara meninggalkan rumah itu, ketika selesai bersih bersih lebih awal, karena aku akan dibawa ke rumah kakak madame untuk membersihkan rumahnya. Tapi aku akan dibawa pulang kembali (ke majikan awal –red) dan selalu dalam kondisi terkunci. Aku tidak pernah bertemu siapapun.
Yang terburuk adalah bahwa mereka tidak memperlakukan aku seperti manusia,mereka menempatkanku sebagai manusia kelas rendah karena warna kulit dan budayaku yang berbeda dengan mereka. Mereka berkata: ‘Lihatlah kami ,kami lebih baik, kamu tidak sama dengan kami. Salahkan Tuhan bahwa kamu lebih buruk dari pada kami. “Mereka melarangaku membersihkan diri karena mereka pikir aku tidak membutuhkannya.
Aku terus berdoa walau aku tidak yakin akan kembali ke kampung halamanku . Madame mengatakan, “Kami bisa membunuhmu dan menempatkanmu dalam kotak, siapa yang akan peduli,” kata madame kala itu.
Setelah dua tahun, kontrak-kerjaku berakhir dan aku ingin pulang untuk bisa bersama- sama dengan ibu dan kedua adikku, tapi dia bilang satu tahun lagi. Aku ingin bunuh diri kala itu aku sangat lelah dan tertekan sehingga aku dianggap tidak bisa bekerja normal. Akhirnya Madame mengijinkan aku pulang untuk melihat keluarga dan akhirnya majikan membayar gajiku selama tiga tahun bekerja, setelah itu aku bersumpah demi Tuhan bahwa aku tak akan pernah datang lagi.
Ketika berada di pesawat orang-orang bertanya padaku “apa yang salah dengan anda”. kala itu aku sangat kelelahan dan mengenakan pakaian benar-benar buruk.
Ketika ibuku melihatku, dia tidak bisa percaya bahwa aku masih hidup, aku berkata, “aku datang ibu, ini aku anakmu ,” kataku. Tapi dia tidak bisa percaya dia mengira bahwa aku telah meninggal dunia.
Sebuah kenyataan yaitu saat segala sesuatu persis seperti yang ibu peringatkan padaku. Namun mimpiku hanya untuk membantu ibu. Aku hanya ingin bekerja, agen perekrutan yang mengirim kesana tidak pernah memeriksa kondisiku, dan tidak pernah menghubungiku setelah aku tiba di Lebanon, rasanya seperti sudah dijual.
Saat kembali Ethiopia, ada yang aneh, karena orang tidak percaya dengan apa yang aku katakan secara serius. Kamu bisa mengatakan perlakuan majikan yang sangat buruk tapi mereka akan mengatakan, “mengapa tinggal selama tiga tahun? kata mereka . Mereka tidak akan percaya aku terkunci di dalam rumah, aku mengatakan” dia memperlakukanku sangat buruk,” tapi mereka akan mengatakan,” tapi kau kembali,” jawab mereka.
Aku bebas sekarang, aku bisa melakukan apa yang aku inginkan tapi tidak seperti di Libanon. Aku harus berjuang untuk bertahan hidup sehari- hari. Sekarang aku hanya berharap bahwa orang membaca tentang kisahku dan dapat memahaminya.
Kisah Fasika Sorssa (Warga Ethiopia-saat bekerja sebagai PRT di Lebanon)
Sumber : Rangkuman Kisah PRT- http://www.antislavery.org)