Kriminal

Ini Yang Dirasakan Ibunda Rosalia Ketika Putrinya Tewas Dibunuh Pendeta Henderson

BeritaPekerja.Com | Medan – Kasus terbunuhnya Rosalia Cici Mareteni Siahaan (21) warga Jalan Selamat Ujung Gang Jadi, Kelurahan Sitirejo III, Medan, Sumatera Utara, perlahan-lahan mulai menemui titik terang

Rosalia ditemukan tewas dengan penuh bersimbah darah di kamar mandi Gereja Sidang Roh kudus Indonesia (GSRI) di Dusun XII, Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Kamis (31/5/2018).Ditemui dirumahnya di Jalan Selamat Ujung Gang Jadi, Ibu korban, Renta Daulina Nasution yang sehari-harinya berprofesi sebagai pemulung atau pencari barang-barang bekas ini menceritakan saat-saat sebelum meninggalnya Rosalia atau yang akrab disapa Lia itu.

Awal mulanya sekitar pukul jam 09.00 WIB, tersangka Anderson Sembiring (sebelumnya tertulis Henderson) oknum Pendeta yang notabene merupakan orangtua angkat korban, menelepon korban untuk janjian pergi ke acara kebaktian di Kabanjahe. Tapi sebelum ke sana mereka mau service sepeda motor dahulu.

Setelah selesai bertelepon, Lia lalu bergegas untuk bersih-bersih rumah, nyuci hingga mandi. Sekitar pukul 10.00 WIB Lia berpamitan untuk pergi berangkat dan dengan penuh senyuman Renta melepas Lia untuk pergi bertemu tersangka.

“Hati-hati ya nak dan banyak berdoa,” ucap Renta pada mendiang anaknya Lia ketika itu. Tak lama berselang, sekitar pukul 11.30 WIB, Renta coba untuk menelepon Lia menanyakan apakah sudah sampai atau belum.

Namun entah mengapa, HP Lia tidak bisa dihubungi sama sekali karena mati. Tapi wanita berambut sebahu ini belum merasa hal yang aneh-aneh. “Aku sempat merasa nggak enak pas Lia pergi, pas mereka belok dari gang, wajahku kayak kena strum. Berulang kali aku gosok wajah ini, nggak berhenti-henti,” ungkap Renta.

Lebih lanjut, pas mau rebahan sekitar pukul 12.22 WIB, tiba-tiba istri tersangka, Iting Boru Ginting menelepon dan bertanya tentang Lia. “Rosalia ada?” tanya Iting. ”Tapi dia lagi sama bapak ke Tanjungmorawa, karena aku telepon nggak diangkat-angkat,” jawab Renta.

Kemudian Renta kembali menelepon tersangka Anderson maupun korban Lia. Namun hape mereka masing-masing sama sekali tidak aktif. “Pas aku telepon tersangka nggak aktif hpnya, lain curigaku. Karena dua-duanya nggak aktif hapenya, apa anakku diperkosa,” ucap Renta dalam hati.

Tak lama kemudian, Iting kembali menelepon dan berkata bahwa dirinya mendapatkan kabar. Lalu Renta mulai menduga-duga hingga menarik firasat yang sempat terucap di dalam hati.

“Kalau ada dengar kabar jangan terkejut,” sebut Iting sambil memutus telepon. “Aku telepon lagi si Anderson dan Lia, tetap nggak aktif juga hapenya,” katanya. Lalu, Iting kembali menelepon dan mengingatkan kembali kalau ada mendengar kabar jangan terkejut. Iting pun kembali mematikan telepon setelah mengulang percakapan itu.

Terus datanglah telepon dari anakku yang paling besar, Hardi mendapat kabar dari oramg di sekitaran sana, bahwa Lia sudah tewas bersimbah darah di kamar mandi gereja. “Menjerit dan terkejut langsung diriku, waktu mendengar kabar itu. sudah kayak bukan manusia rasanya,” ucap Renta sedih.

Isak tangis langsung pecah di rumah dan tidak menyangka Lia bisa secepat itu pergi meninggalkan keluarga. Karena ia merupakan salah satu tulang punggung keluarga yang membantu keuangan. Terlebih Renta yang berstatus janda dan hanya bekerja sebagai pemulung harus banting tulang untuk bisa menghidupi enam anaknya di rumah yang masih berstatus menyewa tersebut.

Sumber: tribun-medan.com

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button