Siantar SimalungunSosial Masyarakat

Panitia Perayaan Natal Wartawan Kota Siantar, Santuni Keluarga Kurang Mampu

BeritaPekerja.com | Siantar – Panitia Perayaan Natal Wartawan kota Pematangsiantar, menyerahkan bantuan kepada kepala keluarga yang kurang mampu. Bantuan yang diserahkan, Sabtu (15/12) di dua lokasi berbeda berupa sembako seperti beras, minyak goreng dan uang santunan.

Bantuan sosial ini sebuah bentuk kepedulian para wartawan atas sejumlah permasalahan yang dihadapi masyarakat. Jika sehari-hari wartawan menjumpai warga sebagai sumber berita untuk mendapatkan informasi untuk disebarluaskan kepada publik, namun kali ini wartawan memanfaatkan moment natal ini menyerahkan bantuan.

Pertama diserahkan kepada pasangan suami istri Mujiman (67) dan Suratmi (66). Pasutri ini memiliki 4 orang anak kondisi lumpuh.  Kedua, keluarga Ratna Tampubolon. Dimana cucunya perempuan menderita pecah pembuluh darah sejak usia 11 bulan yang mengakibatkan mata sebelah kanan cucunya, Astika (9) bengkak menghitam yang membuat penglihatannya terganggu.

Saat penyerahan bantuan kepada pasangan Mujiman dan Suratmi di kediamannya, Jalan Hati Rongga, Nagori Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun turut disaksikan kepala dusun, Amiruddin Damanik.

Kehadiran puluhan wartawan disambut haru. Empat orang anak pasutri yang lumpuh itu berada dilantai rumah.
Adapun kondisi ke empat anak itu, Suwito (38), Adi (30), Rian (25) dan Sanrol (23) tak bisa berbicara sama sekali. Empat bersaudara yang mengalami lumpuh layu itu tak bedanya dengan fisik bayi yang sedang belajar merangkak.

Untuk urusan makan, minum, ganti baju hingga hal yang berkaitan mandi, buang air besar atau kecil harus mengandalkan ayah dan ibunya. Mujiman mengatakan bahwa ia memiliki 9 orang anak, 4 diantaranya perempuan. Semua anak perempuannya tumbuh sehat dan sudah menikah.

Namun urusan ekonomi juga masuk katagori kurang mampu. Mujimam yang sedang sakit itu menjelaskan, satu anaknya laki-laki telah terlebih dahulu meninggal dunia. Dimulai dari demam tinggi dan saat itu tidak ada biaya berobat. Fisiknya sama dengan 4 orang anaknya yang masih hidup.

Untuk menghidupi anak-anaknya, Mujiman bekerja di salah satu doorsmeer yang berada di kawasan Tanjung Pinggir. Namun kala kurang sehat karena faktor usia, maka mata pencaharian tidak ada. Namun ia bersyukur karena ditengah takdirnya masih ada orang yang memberikan pertolongan. Termasuk memberi kesempatan di rumah yang ditempati sekarang.

Kepada tamu yang datang, Suratmi menuturkan bahwa ketika dilahirkan, keempat bersaudara yang seluruhnya merupakan laki-laki itu dalam keadaan normal. “Waktu lahir normal, sehat. Tapi sewaktu berusia 2 bulan, kakinya mulai membengkok,” katanya.

Suratmi tidak mengetahui persis penyakit apa yang diderita anak-anaknya itu. “Nggak tahu sakit apa. Dulu orang ini juga diimunisasi dan kuberi vitamin,” lanjutnya. “Sebenarnya mereka ini ada lima orang, tapi anak kedua, namanya Hamzah, sudah meninggal. Penyakitnya sama. Mau makan, buang air kecil atau buang air besar, di sini sajalah. Nggak bisa ke mana-mana,” tambahnya.

Tak banyak yang bisa dilakukan Suratmi. Untuk membawa anak-anaknya ke rumah sakit, Suratmi tak memiliki biaya. “Ya begini-begini sajalah. Bapaknya pun hanya kerja di doorsmeer, gajinya Rp30 ribu sehari,” bebernya.

Suratmi pun berharap, seandainya suatu saat dia dan suaminya sudah tidak ada lagi, hendaknya ada orang yang merawat anak-anaknya itu. Dengan kondisi ini, mereka hanya bisa berharap diberi umur panjang agar bisa lebih lama merawat anak-anak ini. Dan, bila ajal menjemput, mereka hanya pasrah.

“Mudah-mudahan ada orang yang baik hati nanti. Saya pun berterimakasih atas bantuan yang sudah diberikan. Selama ini kami belum pernah mendapatkan bantuan dari siapa pun,” jelasnya.
Hanya ada satu ketakutan dalam diri pasutri ini: Kalau mereka berpulang, siapa yang akan merawat anak-anak itu?

Kegelisahan itulah yang kini terus berkecamuk dalam diri pasutri yang tinggal di di Jalan Hati Rongga, Nagori Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar itu. Jelas saja. Keriput kulit mereka, rambut yang memutih, serta sorot mata yang layu, menggambarkan bahwa mereka sudah tua. Usia mereka kini sudah kepala enam.

Terpisah, Ratna Tampubolon juga menyampaikan persoalan yang mengharapkan bantuan dermawan dan pemerintah sehingga segera mungkin cucunya bisa menjalani operasi plastik. Ia mengakui, anaknya Hartini boru Napitupulu, yang melahirkan cucunya Astika dan Aditya terpaksa dititipkan agar bisa mencari nafkah. Dan sedang berusaha mengumpulkan uang, kelak untuk biaya berobat

IMG-20181215-WA0008
Dijumpai kediamannya, Jalan Marihat Baris, Dusun Suka Selamat, Kelurahan BP Nauli, Siantar Marihat, Ratna Tampubolon mengatakan, cucunya yang kini memasuki usia 9 tahun sudah mengetahui keadaan yang ada. Dalam bahasa kedokteran, penyakit yang dialami Astika adalah AVM Regio Orbita DX Pro Eksisi Massa.

Sehari-harinya Astika sering mengeluh kesakitan. Terkadang pandangannya kabur. Parahnya, penyakit Astika sudah menyebar hampir di seluruh bagian tubuhnya.

Benjolan sebesar anggur sudah ada di tangan, kaki, dan punggungnya. Kadang benjolan dibagian mata itu bengkak, memerah sampai mengeluarkan darah. Beban mental dan psikologis juga ditanggung Astika akibat penyakit yang dideritanya (*)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button