
BeritaPekerja.com l SIANTAR – Walau hidup sebatangkara dan sudah berusia ujur tak membuat semangat hidup dari seorang nenek bernama Pariem menjadi surut.
Nek Pariem kerap ditemui di salah satu warung kopi Jalan Cokroaminoto, Kelurahan Melayu, Pematangsiantar menjajakan kerupuk kulit sebungkus dengan harga Rp 2000 yang diambilnya dari tetangga.
Ia berjalan tertatih dibantu dengan sebuah tongkat kayu untuk menyusuri jalan diusianya menjelang 80 tahun itu.
Faktor fisikpun sebenarnya sudah menjadi kendala untuk bergelut dengan kehidupan ekonomi yang begitu rumit.
Namun nek Pariem ternyata bukanlah orang yang gampang untuk menyerah dalam perjuangan hidup.
Ia tak ingin hanya berdiam diri dan tak ingin menyusahkan orang lain.
Sehabis sembahyang subuh ia sudah pergi menjajakan kerupuk kulit di pasar pagi perluasan. Setelah siang hari ia juga pergi menyusuri jalan untuk menjajakan kerupuk kulit di warung-warung kopi seputar Jalan Cokroaminoto, Pematangsiantar.
Saat berbincang dengan awak media ini nek Pariem mengaku berasal dari Kecamatan Tapian Dolok, Sebelawan, kabupaten Simalungun. Setelahnya ia pindah bersama keluarga ke kota Siantar.
Namun kini ia hanya hidup sebatangkara setelah anaknya meninggaldunia pada tahun 2003 dan disusul suaminya tahun 2006. Sejak saat itu ia tak lagi mempunyai teman berjuang untuk hidup.
Kini ia hidup menumpang dengan seorang tetangganya yang dia anggap sudah sebagai saudara. Namun ia tak ingin hanya berdiam diri walau sudah ujur ia harus bekerja.
“Saudaraku itu telah melarang untuk keluar dari rumah untuk menjajakan kerupuk kulit, namun aku saja tetap pergi,”katanya.
Kepada media ini ia mengatakan,” ketimbang aku mengemis aku berjualan nak,” ujarnya.
Ia juga menambahkan dari hasil dagangan ini digunakan untuk kebutuhan untuk hidup dan tabungan saat ajal menjemput, karena aku tak punya apa-apa. “Aku hanya berharap untuk tidak menyusahkan orang lain,”ujarnya.
Penulis:Agus
@BeritaPekerja.com