BERITAPEKERJA.COM|JATENG – Pusat Kajian Politik dan Keamanan Indonesia (Puspolkam Indonesia) mengadakan webinar dengan tema ‘Strategi Pemerintah Daerah dalam Menanggulangi Pandemi COVID-19’. Para narasumber yang hadir antara lain Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Timur yang diwakilkan oleh Sekretaris Daerah Jawa Timur, Heri Tjahjono. Kegiatan ini berlangsung pada hari Minggu, 31 Mei 2020.
Dalam pembukaan, moderator Webinar, Sahat Martin Philip Sinurat menjelaskan bahwa Puspolkam Indonesia aktif dalam kegiatan yang bertujuan untuk membangun politik yang bermartabat dan berkontribusi bagi bangsa. Dalam momen memperingati Hari Lahir Pancasila, Puspolkam membuat kegiatan dengan tema gotong royong untuk membangun rasa solidaritas di tengah masyarakat Indonesia.
“Pancasila adalah falsafah bangsa dimana kita senantiasa bergotong royong dalam menghadapi berbagai persoalan. Kali ini yang dihadapi bangsa Indonesia adalah pandemi, musuh yang tidak kelihatan tapi terasa dampaknya terhadap kesehatan, ekonomi, sosial dan lain-lain. Webinar ini untuk membahas peran pemuda dan masyarakat untuk bisa bergotong royong dalam menghadapi pandemi ini,” ujar Sahat yang juga merupakan anggota Pembina Puspolkam Indonesia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam pemaparannya menjelaskan bagaimana kondisi pemerintah di awal datangnya pandemi COVID-19.
“Kita kewalahan karena kita tidak siap dan tidak tahu datangnya COVID-19 yang secara tiba-tiba. Hingga saat ini, seluruh dunia tidak mampu dan kewalahan menanggulangi pandemi ini. Maka yang diukur adalah respon yang cepat dan kebijakan yang tepat,” kata Ganjar.
Lebih jauh, Ganjar menjelaskan strategi penanganan pandemi yang sedang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
“Kita mulai dari politik kesehatan, dimana ketika awal pandemi, hal ini menjadi isu utama. Ternyata manajemen rumah sakit kita tidak mudah dikelola. Struktur pendukung seperti peralatan dan SDM kesehatan juga ternyata tidak cukup, maka kemudian APD menjadi isu sentral pada saat itu. Padahal Indonesia memiliki pabrik tekstil yang kualitas dan kapasitasnya diatas rata-rata,” jelasnya.
“Anda boleh cek, kalau anda pernah keliling dunia, produk-produk fashion seperti baju, jaket, sepatu sebagian besar merupakan buatan Indonesia, dan pabrik-pabriknya ada di sepanjang Pulau Jawa. Kemudian kebijakan pemerintah pusat untuk shifting produk menjadi APD maka kita cepat bisa memenuhinya. Hal ini menyebabkan para spekulan APD kalang kabut,” kata Ganjar.
Dalam webinar tersebut, Ganjar memaparkan konsep “Jogo Tonggo” yakni rekayasa sosial bottom-up agar kebijakan Pemerintah Daerah bisa terimplementasi dengan baik.
“Stimulus-stimulus tersebut sifatnya top-down, nah, bagaimana dengan bottom-upnya? Menyiapkan sistem sosial re-engineering atau rekayasa sosial. Ini butuh para intelektual dan mahasiswa. Hari ini saya rindu mahasiswa demo, demo ke desa-desa membantu masyarakat. Tantangan pandemi ini seperti kita jalan di tengah badai, dan sangat menantang. Saya ingin ajak mahasiswa KKN untuk mendampingi masyarakat, membuat lumbung pangan yang produktif,” katanya.
Ganjar menyampaikan bahwa berbagai kegiatan di desa seperti menanam sayuran, diversifikasi pangan, ataupun beternak dapat melibatkan komponen masyarakat seperti Dasa wisma, PKK, Karang Taruna, pendamping desa, perangkat desa, LSM, mahasiswa KKN, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan ulama.
“Semua bisa bersatu. Dalam kondisi ini saya ingin mengajak lewat buku kecil yang kami beri judul Jogo Tonggo (Jaga Tetangga). Apa yang harus dijaga? Kita lindungi kelompok-kelompok rentan, kaum manula yang sedang sakit, ibu-ibu hamil, ibu-ibu pasca melahirkan yang punya bayi. Apakah asupan gizi dan kebutuhan mereka semua tercukupi? Jangan sampai kualitas SDM kita menurun. Nah, kelompok-kelompok rentan tersebut harus dilindungi lewat kekuatan-kekuatan komunitas. Dari situlah konsep Jogo Tonggo digerakkan. Menggerakkan masyarakat dari bawah lewat elemen-elemen yang sudah ada tadi. Jadi kita tidak perlu membuat yang baru, semua sudah ada hanya perlu untuk digerakkan,” jelasnya.
Ganjar mengungkapkan beberapa sektor yang bisa digarap oleh generasi milenial di masa pandemi.
“Apa yang kita butuhkan? Kita butuh data integrator. Kita butuh metode pandampingan terhadap UMKM. Kita butuh pelatih untuk melatih UMKM menjual produknya secara online. Kita butuh pendamping UMKM untuk membantu mereka membuat packaging yang baik atau bahkan membantu memasarkan produk UMKM ke luar negeri. Jika anda bisa melakukan itu, maka hari ini kita bisa bekerja sama. Yang kita butuhkan bukan kegaduhan, tapi yang rakyat butuhkan adalah ketenangan. Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bisa menginspirasi,” kata Ganjar.
Sekretaris Daerah Jawa Timur Heru Tjahjono dalam pemaparannya menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mencegah penyebaran COVID-19.
“Kita membenahi banyak sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, ruang publik, juga desa. Masyarakat juga dengan antusias membentuk kampung tangguh sebagai upaya mengelola lingkungan kampung untuk mencegah dan mengatasi dampak COVID-19,” jelas Heru.
Dalam sesi penutupan, Ketua Dewan Pembina Puspolkan Indonesia Firman Jaya Daeli menyampaikan bahwa pemikiran dan pengalaman yang disampaikan kedua pembicara berbasiskan kinerja serta berdasarkan strategi dan kebijakan selama ini di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Penjelasan kedua pembicara semakin membangun optimisme dan semangat kita di tengah-tengah tantangan pandemi. Oleh karena itu, Puspolkam berterimakasih kepada kita semua karena memang masih banyak alternatif. Ada Jogo Tonggo di Jawa Tengah, ada Kampung Tangguh di Jawa Timur. Sebenarnya ini berbasis kinerja dan kearifan lokal, juga merefleksikan nilai-nilai Pancasila. Ada kemanusiaan, keadilan, kebangsaan, kerakyatan, ketuhanan dan keadaban, ada solidaritas nasional, dan ada hal-hal toleransi,” kata Firman.
Firman menyampaikan terimakasih kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Sekretaris Daerah Jawa Timur Heru Tjahjono.
“Kita berterimakasih kepada kedua pemimpin yang telah memberikan masukan kepada kita bahwa bangsa Indonesia harus bangkit. Kita harus optimis dan berpengharapan bahwa masa depan Indonesia bisa kita raih berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kita akan menuju kepada apa yang disebut dengan New Normal yang adalah jalan keluar dan itu tepat untuk konteks Indonesia,” tutupnya.
Kegiatan webinar ini dihadiri peserta berjumlah 250 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Di awal sesi, kegiatan dimulai dengan sambutan oleh Direktur Eksekutif Puspolkam Indonesia Broery Pater Tjaja dilanjutkan pengantar sesi oleh moderator Sahat Martin Philip Sinurat yang juga merupakan anggota Pembina Puspolkam Indonesia. Narasumber dan peserta terlihat antusias dan suasana webinar berlangsung cair dan santai.